Tampilkan postingan dengan label Pelesiran Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pelesiran Indonesia. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Maret 2024

Spot Foto Terbaik Bogor

Aşık banget emang eksplore Kota Bogor sambil jalan kaki sore di musim panas. Ini dia spot yang cakep banget dan best time season nya versi aku./








Best spot foto gratis saat berkunjung ke Kota Bogor :

1. Jalan Otista depan Bebek Om Haris - sore 16.30 s/d 17.30

2. Lapangan Villa Montagna Gunung Geulis - pagi 08.00 s/d 09.00 - by appointment

3. Summarecon Bogor Jl. Boulevard- sore 16.00 s/d 17.15 urban clusters dengan latar belakang gunung salak./

4. Kebun Raya Residence sebelum Sport Club 16.00 s/d 17.45 jalan aspal dengan blue sky background atau malam buat ambil night sky pas full moon sama bintang-bintang

5. Grand Savero Hotel 09.00 s/d 10.00 fasad hotel&blue sky

6. Sunset tersembunyi Kebun Raya dari şudut jalan Pedestrian Pajajaran samping Siloam 16.30 s/d 17.45

Semoga bermanfaat, kalau mau barengan aku jelajah Kota Bogor boleh banget, masih banyak juga yang belum aku eksplore, 

Sabtu, 02 Desember 2023

Foothill Forest Cafe & Resort Sentul Bogor

Ladies apakabarnya? Akhir tahun gini biasanya para pekerja seperti aku dan juga kalian yang memang working woman biasanya lagi padat-padatnya dengan rapihin paperwork dan seabrek planning juga jadwal perusahaan. Tapi menjelang akhir tahun juga saat yang tepat untuk merencanakan liburan, baik itu untuk jadwal liburan dari perusahaan atau pribadi.

Pas banget hari ini aku tuh nemuin tempat yang mudah dijangkau dan gak jauh dari exit tol Sentul tapi viewnya gak main-main, karena dibawah kaki gunung. Gak nyangka banget sih sedeket ini aksesnya dari exit tol Sentul. Aku berangkat dari Bogor jam 14.45 WIB dan sampai di Foothill Forest itu kurang lebih jam 16.00 WIB sedikit melambat karena terjebak macet dijalanan kota Bogor. Beda halnya kalau arah dari Jakarta, perlu waktu sekitar 25 menit dari exit tol Sentul melaju ke arah Taman Budaya Sentul, tetap ikuti jalan melewati Masjid Al Munawaroh sampai di bundaran Sentul Nirwana perlahan laju mobil menurun karena disebelah kiri, memutari setengah bundaran Sentul Nirwana adalah jalan utama menuju Foothill Forest.

area semioutdoor lantai dua

Sesaat sampai ditujuan udara mulai terasa dingin, padahal saat itu aku menggunakan outer dan pantas saja udara terasa sedikit menusuk, lokasi cafe dan resort ini tepat persis dibawah gunung Pancar. Pemandangan gunung yang asri dipenuhi dengan pepohonan rindang memang bikin kita betah berlama-lama ditempat ini. Ditambah lagi pilihan furniture yang terkini dan desain arsitektur yang mencolok dengan pilihan cat putih menyempurnakan desain bangunan dan semakin menambah tempat ini terasa worthy untuk dikunjungi. Bahkan ditempat ini tersedia kolam renang dengan ukuran besar yang cocok untuk anak-anak juga dewasa berendam, apalagi di musim panas.

area outdoor lantai satu

Lantunan musik dari band lokal pun berhasil memeriahkan suasana, suara merdu dan alunan musik terdengar clean dan harmoni. Sayang saat aku berkunjung musik yang dimainkan tidak akustik, tapi full band music but overall I must appreciate karena musiknya terdengar bersih alias tidak berisik tak menentu iramanya.

fasad bangunan

view gunung Pancar dari lantai tiga

my mood : capture the building in aesthetic way 

Karena aku kali ini hadir bersama kolegaku, kelihatannya next aku akan datang dengan Babang tersayang dan keluarga karena tempatnya memang cocok untuk pasangan dan keluarga, tempat parkirnya juga mumpuni dan ada penjaga parkir yang siap sedia menawarkan payung jika cuaca diguyur hujan. Oia hampir kelupaan, setelah masuk dijalan utama menuju Foothill Forest selalu buka mata untuk membaca marka jalan dengan papan berwarna biru, bertuliskan Foothill Forest. Why? Because you must do it specially jika mengunjungi tempat-tempat wisata yang menawarkan view pegunungan, itu artinya you out of the town but, magically, signal kartu Halo ku memancarkan signal tiga bar dan aku gak memerlukan Wi-Fi (ditempat ini tersedia Wi-Fi gratis) untuk berkomunikasi melalui Whatsapp ataupun panggilan telepon biasa. Jarang-jarang naik gunung dan dapat signal sekuat ini, say thanks to Telkomsel deh haha.

Is time for me to take my vacation schedule well prepare, so tempat mana lagi yang harus aku kunjungi? Kalau pulau Pari gimana? Ok gak tuh? Tapi berangkat dari Marina Ancol saja ya say, biar berasa jadi Sultan nya yaa hahahaha.

Thank you ladies sudah baca ulasan dari perjalanan wisataku kali ini, see you on next blog post, Pulau Pari. Semoga bermanfaat, jangan lupa tularkan info yang hanya bermanfaat bukan sekedar ghibah yang memunculkan negatif vibes, yang positif-positif saja kita yaaaa.


Peluk  


Selasa, 09 Februari 2021

Bogor Ke Krakatau 2014 #TRAVEL JOURNEY 1

Oktober 2014 kala itu aku haus sama yang namanya jalan-jalan karena mendengar kabar ada low cost trip dari sahabatku so aku rasa ini kesempatan yang bagus buat ngebolang dan kami putuskan untuk berwisata low cost alias open trip ke Anak Gunung Krakatau. 

Jumat pagi dibulan Oktober hari yang aku tunggu-tunggu telah tiba. Hari dimana waktunya bersenang-senang, kalian pastinya excited banget kalau mau ngebolang, the vibe is change immediately. Di Jumat itu aku dan teman ku bersiap lebih awal dan berkumpul di McD Lodaya, Bogor dilanjutkan dengan perjalanan ke Terminal Bus Barangnangsiang dan naik bus menuju pelabuhan Merak, Banten. Di liburan kali ini kita putuskan buat pake jasa wisata FunTripsTour. Jadwal wisata dan biaya yang ditawarkan lumayan murah dan masuk akal untuk trip bareng. Low cost trip atau open trip cocok banget buat kalian anak kos dan kaum rebahan yang suka ngetrip bareng  temen-temen atau bahkan buat kamu yang lagi cari temen.

158 KM itulah jarak tempuh dari kotaku ke pelabuhan Merak, Banten dengan bus yang kami naiki perjalanan itu ditempuh selama 3 jam. Kita datang 2 jam lebih awal. Dari pendaftaran ulang oleh panitia di pelabuhan Merak ke jadwal berangkat kapal itu lumayan panjang jarak waktunya, alhasil kita tidur-tiduran di selasar arah ke pintu masuk sambil melongo perhatikan para pro traveler dan blogger/vloger yang bawa tas ransel khas pecinta traveling -carrier. 

Gimana gak melongo coba guys, aku dan sahabatku masing-masing bawa tas Dora dan hanya punya modal tambahan kamera handphone, jaket dan scarf harian yang sama sekali gak bernuansa pro traveling atau apapun itu sebutannya. But, it is really fun actually, aku dan sahabatku selalu berhasil menertawai kita berdua yang beda dari para pro dan karena kebiasaan kita yang cekakak cekikikan bareng, beberapa traveler diam-diam tercuri perhatiannya ke kita and Boom! Dengan seketika aku dan sahabatku berhasil punya temen baru, kita panggil mereka dengan Liz, Indra, Meri dan Dewi. Liz dan Indra sahabatan sama hal nya dengan Meri dan Dewi mereka juga sahabatan dan akhirnya kita dipertemukan di satu pelabuhan, Pelabuhan Merak.

Ki-ka Liz, Merry, Indra, Dewi

Senangnya punya temen baru adalah, aku bisa cerita minat yang sama tentang traveling dan mendapatkan berbagai informasi tentang tujuan wisata yang menarik, yang sudah, ataupun rekomen buat didatangi. Pada akhirnya obrolan kita berakhir dengan obrolan tentang betapa indahnya Pulau Derawan di Kalimantan Timur. Gak ada yang bisa nolak sih indahnya pantai di Pulau Derawan dan sudah bisa dipastikan kita pengen kesana dengan ide low cost trip  hahhahahaha. Ok, waktunya masuk ke kapal yang akan membawa kita ke Bakaheuni selama 2 jam perjalanan laut. Wooow itu suara klakson kapal luar biasa gedenya dan bikin mata aku melek karena kaget, by the way suara klakson kapal itu juga mengawali perjalanan kita berenam ke tujuan berikutnya, pelabuhan Bakaheuni.

Setelah menempuh kurang lebih 2 jam perjalanan laut, akhirnya kita sampai di pelabuhan Bakaheuni pagi-pagi buta alias subuh. Perjalanan dilanjutkan dengan berkendara dengan angkot yang disewa oleh Funtrips Tour. What amazing trip! Kapan lagi pake angkot bareng temen baru yang seru, bahkan sampai ada yang nangkel alias bergelantungan di angkot sewaaan. Itu buat aku pengalaman yang asyik, mengingatkan aku pada masa-masa SMP dulu. Hanya perlu waktu waktu 40 menit perjalan darat menggunakan angkot untuk bisa sampai ke tujuan kita berikutnya, pelabuahan Kalianda, Kabupaten Lampung. Dan sesampainya di pelabuhan kecil Kalianda, kita diminta buat ganti baju dengan beach ware oyaaaa sudah bisa dipastikan antrian terjadi, tapi gak usah khawatir kalian bisa melipir dulu buat beli kopi dan sarapan gorengan, nasi uduk atau indomie ke warung-warung kalau jatah sarapan pagi dari FunTripsTour kurang buat ukuran usus kamu. Warung berjejer tak jauh dari ruangan ganti baju dan toilet umum yang disediakan di pelabuhan kecil, Kalianda.

Pelabuhan Kalianda

Selanjutnya perjalanan ditempuh selama 1 jam menuju pulau Sebuku dengan kapal modern berukuran sedang untuk snorkeling, tapi aku memilih tidak snorkeling dilokasi ini, aku ingin pengalaman snorkeling yang lebih. Aku memilih berpose dan menikmati pemandangan daratan, bisa aku katakan pasir pantai pulau Sebuku ini tergolong halus dan bersih juga terlihat virgin selain itu pulau ini sama sekali tidak ada yang menghuninya, selain marga satwa guys! 

Pasir halus dan keemasan Pulau Sebuku 


Setelah koloni trip puas photo dan snorkeling, perjalanan dilanjutkan ke Pulau Sebesi dimana disana penginapan sederhana telah disediakan, is time for me to sleep well. Dengan pilihan open trip kalian bisa pilih mau tidur di barak atau memilih kamar terpisah dari peserta lainnya. Sepasang suami istri yang baru menikah memesan kamar terpisah dari peserta lainnya -please jangan bayangkan apa yang akan terjadi, penulis hanya memberikan gambaran pilihan ruangan untuk tidur yang disediakan oleh biro perjalanan. 
Setelah mandi dan santai-santai, panggilan makan siang pun terdengar, makan siang dihidangkan dengan gaya buffet pada saat itu dan tak diragukan lagi cacing-cacing dalam perut kami sudah teriak kelaparan. Masuk ke waktu Ashar atau sekitar jam 3 sore kita diingatkan panitia Funtrips untuk bersiap-siap berangkat ke Pulau Umang dan Hunting Sunset disekitar pulau. Aku memilih untuk tidur selama beberapa menit lantas berdiam diri di tepi pantai Pulau Sebesi sembari menikmati sunset sendirian. Cukup mengesalkan untuk teman ku, tapi dia sudah mempunyai 4 teman baru, aku pikir itu bukan masalah besar dan aku berhasil meyakinkannya. Aku nikmati sunset dengan deburan ombak yang bersahabat diatas hammock khas pantai, just breath and be present. 

Rombongan pencari sunset romantis kembali ke Pulau Sebesi dan aku merasa mereka hanya pergi sesaat dan mereka tiba saat jadwal makan malam akan memasuki waktunya dalam hitungan 60 menit. Sambil lonceng makan malam tiba dibunyikan, waktu kami habiskan dengan bercerita, ada juga yang bermain gitar dan ada juga yang sibuk memandangi panggangan tempat ikan-ikan dibakar. Ya malam ini lagi-lagi kami disuguhi oleh makanan laut yang segar, beberapa ikan laut dan cumi segar serta sambal kecap. Bukan masakan yang mewah seperti makan malam di kafe atau restoran di kota, tapi ini lebih dari cukup untuk mengisi tenaga kami yang terkuras karena tertawa bahagia dan mungkin karena mabuk laut -di trip ini aku pikir gak ada yang mengeluarkan sesuatu dari perutnya saat di kapal, entahlah. 
Hari yang panjang, angin di tepi pantai Pulau Sebesi mulai tak bersahabat, kami putuskan untuk beristirahat, besok kami akan mempunyai jadwal yang sangat aku tunggu-tunggu, mendaki anak gunung Anak Krakatau yang legendaris untuk hunting sunrise dan snorkeling ke Lagoon Cabe.

Aku memilih tidur untuk menunggu sampai pulau Anak Krakatau

Aku merasa ini perjalanan terpanjang yang aku alami selama dua hari ini dan saat akan memasuki waktu sunrise, kapal kami pun berlabuh di pulau vulkanik hasil erupsi tahun 1883 yang konon abu dan asapnya sampai ke negara Barat dan menutupi langit atau atmosphere selama 1 tahun lamanya, Pulau Anak Krakatau yang secara geografis terletak di Kabupaten Lampung Selatan di Selat Sunda *sumber Wikipedia

Pemandangan sunrise dari atas kapal sebelum mendaki

I'm very excited! Kaki ku ku alasi dengan sepatu merah hitam khusus untuk city outdoor, bukan gaya yang Wow untuk seorang traveler tapi sepatu ini telah menjadi saksi  ngebolangku bertahun lamanya. Amazing! Pasir di bibir pantai tidak lagi berwarna putih seperti diperjalanan ku sebelumnya, pasir ini sangat halus dan berwarna hitam pekat. Bongkahan-bongkahan batu hasil erupsi pun tertata alami dan indah di bibir pantai menemani si pasir hitam.
Pasir hitam si pulau legendaris, Anak Krakatau
Kami semua bergembira dan sangat antusias dengan perjalanan mendaki keatas Anak Gunung Krakatau dan yang membuat aku lebih takjub adalah, beberapa puluh meter dari bibir pantai, kami tak lagi menginjak pasir hitam, semakin jauh kaki mendaki pasir berubah warna menjadi abu-abu yang menghasilkan debu ketika kami berjalan. Sahabatku mulai terengah-engah ketika jalanan mulai mendaki, karena saking bersemangatnya aku tak sadar meninggalkan dia jauh dibelakang bersama dengan rombongan lain, merasa tak enak, aku pun lambaikan tangan dan menunggunya sampai ditempatku berdiri. Akhirnya sahabatku dan rombongan terakhir tiba ditempatku berdiri dan kamipun melanjutkan perjalanan bersama-sama ke puncak Anak Gunung Krakatau, Karakatau pun berbisik "Selamat Datang di Puncak Ku".
Puncak Anak Gunung Krakatau  

Aku bertanya-tanya jika gunung yang ku daki saat itu adalah Anak Gunung Krakatau, lantas apakah ada Krakatau lainnya disekitar pulau anak gunung? Jawabannya adalah Ya ada 3 pulau diseberang pulau Anak Krakatau ini. Krakatau terbagi menjadi 4 gugusan pulau seperti dilansir Wikipedia Puncak yang terekam oleh kamera ku diatas dan dibawah ini, adalah salah satu puncak dari yang aku kira, Puncak Gunung Krakatau atau Rakata Besar.
Dari kejauhan, pulau besar Krakatau atau Rakata Besar

Lantas ada Pulau Krakatau Kecil atau Rakata Kecil, Pulau Sertung dan yang  aku kunjungi ini, adalah Pulau Anak Krakatau, informasi itu aku hasilkan dari penelitianku melalui Google Maps dan Wikipedia. 
Sunrise dari puncak Anak Gunung Krakatau
Matahari mulai menyilaukan mata, ini waktunya untuk mengambil beberapa photo siluet, tapi aku gagal hahahaha. Perjalanan mendaki kami akhiri seiring dengan naiknya mentari pagi, perjalanan kami lanjutkan ke Lagoon Cabe. 

Aku bakalan post pengalaman snorkeling aku di Lagoon Cabe Sabtu ini ya guys! Buat kalian yang sudah pernah kunjungi Lagoon Cabe, boleh donk aku di share link blog nya atau komen di kolom komentar ya guys!




Dari Traveler Biasa untuk Kalian Traveler Luar Biasa




Jumat, 21 November 2014

Museum Yang Berjuang Agar Tak Terabaikan


Ilustrasi Museum Yang Kosong Karena Terabaikan

Museum Perjoangan Bogor, begitu tulisan yang tertera di dinding di depan sebuah pusat gosir batik di kota hujan, Bogor. Setiap kali aku melewati museum itu khayalanku jauh melambung pada tahun 1940-an saat masa perjuangan. Masa dimana dengan mudahnya terlihat darah berceceran dimana-mana, jenazah tak bernama terabaikan begitu saja, rumah-rumah penduduk yang tak berpenghuni karena di tinggalkan tuannya. Membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk ku merinding. 

Ketidakhadiran dirinya, ya dirinya lelaki pintar sepanjang masa, panggil dia Edward menggiring aku menyusuri kota hujan, Bogor. Sudah lama aku ingin mengunjungi sebuah gedung tua di jalan Merdeka. Dengan perasaan sedikit ragu ku langkahkan kakiku menuju gedung tua itu. Begitu aku memasuki museum itu aku disambut oleh seorang pemuda dan akupun mulai berbasa-basi.

 “Bang apa museum ini dibuka untuk umum? aku berbasa basi”. 
“Ya Mba, tiketnya masuknya Rp. 3000 (tahun 2013) sambil menyobek tiket masuk pemuda itu menyahut.
 
“Selamat siang Mba, saya pemandu di museum ini selama Mba disini saya akan memandu Mba berkeliling” sapaan seseorang sambil mengulurkan tangan dan menyebutkan namanya. Pak Mahruf begitu beliau biasa di sapa, mengajakku berkeliling sambil bercerita tentang sejarah gedung tua ini dan perjuangan beliau selama kurang lebih dua tahun agar museum ini ramai pengunjung. 

Kesan pertama yang muncul di benakku saat melihat Pak Mahruf adalah mungkin di balik kesibukkannya melestarikan warisan sejarah bangsa, ia seorang guru pikirku. Pak Mahruf seorang yang sederhana, tata bahasanya santun, ia sering terlihat berapi-api saat menceritakan betapa keras usaha dan perjuangan beliau juga rekan-rekannya demi memajukan museum ini. Aku mendengarkan dengan seksama sambil sesekali mengangguk tanda setuju. Dengan sabar Pak Mahruf menjelaskan padaku tentang perubahan bangunan museum dari masa ke masa. Kaki kami perlahan menaiki tangga menuju lantai dua yang berada disebelah kiri kami. Sesampainya kami dilantai dua nampak lemari-lemari kaca yang menyimpan pakaian-pakaian para pejuang, alat komunikasi juga alat-alat tulis zaman dulu seperti mesin tik, telepon dengan box besar dan mesin stensil tertata rapi dalam lemari pajangan. Seketika akupun tenggelam dalam bayangan masa kecilku ketika masih tinggal bersama Kakekku.

Mesin Ketik

Mesin Stensil 

Kalimat Pak Mahruf membuyarkan lamunan ku, ketika ku dengar Pak Mahruf berkata saat ini Museum Perjoangan Bogor sedang menunggu SK dari Asosiasi Museum Jabar Wil. I yaitu Cianjur, Depok dan Sukabumi. SK itu akan membantu kelangsungan museum ini begitu kira-kira hal yang aku tangkap dari cerita beliau. Bantuan dari pemerintah daerah perbulannya di gunakan untuk menutupi biaya operasional sedangkan untuk perawatan benda-benda sejarah Pak Mahruf masih harus berpikir keras agar tercapai sesuai harapan. Dengan pendapatan tidak lebih dari Rp.500.000/bulan Pak Mahruf beserta ketiga rekannya merawat dan melestarikan memori masa perjuangan. Dengan bermodalkan rasa nasionalisme yang tinggi serta keinginan yang kuat agar generasi seterusnya tidak melupakan perjuangan para pahlawan bangsa yang telah bersimbah darah merebut kemerdekaan, Pak Mahruf menjalani sebagian besar harinya di museum ini beserta ketiga rekannya.


Empat Serangkai dari Cianjur


Kapten Muslihat

Penayangan film-film perjuangan menjadi salah satu agenda tur dimuseum ini. Penayangan film perjuangan tersebut biasanya diadakan di lantai dua gedung museum. Pengunjung dengan grup biasanya akan mendapatkan penjelasan tentang susunan kegiatan yang akan dilakukan dimuseum saat berkunjung melalui Pak Mahruf. Untuk pengunjung dari grup remaja dan dewasa doa bersama untuk mendoakan para pahlawan bangsa yang gugur saat berperang menjadi agenda wajib. Sedangkan untuk grup dengan peserta anak-anak di selipkan sesi mendengarkan cerita perjuangan pahlawan. Begitu penjelasan Pak Mahruf kepada ku sambil berjalan kembali menuruni tangga dan menuju lantai dasar kembali.

Saat akan menuruni anak tangga menuju lantai satu di sebelah kanan juga kiri tampak foto-foto tugu dari bongkahan batu besar yang tulisan dibatu itu, tidak bisa aku baca karena terlalu kecil. Pak Mahruf menjelaskan jika tugu-tugu itu adalah tanda batas wilayah kecamatan tempo dulu. Sesampainya kami dilantai dasar Pak Mahruf menutup kisah perjuangan kota Bogor dengan menawariku untuk menyambangi kantor beliau. Tanpa basa basi aku langsung mengiyakan tawaran beliau. Memasuki kantor Pak Mahruf aku melihat meja beliau dipenuhi dengan buku-buku sejarah yang terlihat usang. Pak Amaruf menyodorkan satu album yang berisi foto-foto kota Bogor yang tentunya jarang dilihat pengunjung lain. Aku merasa beruntung bisa dipertemukan dengan pak Pak Mahruf, sungguh beliau tidak pelit informasi. Disela-sela obrolan kami aku tiba-tiba tergelitik untuk bertanya. Tanpa banyak basa basi aku pun langsung ke inti pertanyaan ku. “Pak, untuk masyarakat Bogor sendiri khususnya para pemuda, mungkin dari komunitas tertentu apakah sudah ada yang berkunjung?” Beliau menjawab dengan nada serius “Ada Mba, dari daerah Sukabumi dan Cianjur mereka komunitas biker sudah pernah berkunjung kesini”. Aku bertanya dalam hati kemana para pemuda kota hujan ini ya, apakah mereka terlalu sibuk berpetualang dengan gadgetnya sehingga mereka lupa untuk berpetualang di kota sendiri?. Ku lihat jam ditangan ku hampir menunjukkan pukul empat sore. Menutup obrolanku dengan Pak Mahruf aku mengajukan pertanyaan terakhir kepada beliau ”Pak kira-kira bantuan seperti apa yang bapak harapkan dari kami para pemuda Indonesia?” Pak Mahruf terdiam sesaat dan berkata ”Saya ingin orang tidak melupakan museum ini, saya ingin generasi penerus bangsa ini bisa menjadi generasi yang menghargai pejuangnya hingga kelak mereka dewasa bisa menjadi pemimpin yang bijak dan adil".

Sambil tersenyum dan menjabat tangan Pak Mahruf aku berkata ”aamin Pak, semoga banyak yang terbuka hatinya untuk berkunjung kesini dan terimakasih untuk tur hari ini Pak Mahruf, semoga SK nya cepat diterbitkan ya Pak” ujarku.

Guys, dimasa sekarang ini sosok seperti Pak Mahruf masih harus mati-matian berjuang demi melestarikan warisan sejarah bangsa. Memang bukan untuk mempertahankan wilayah NKRI semua itu beliau lakukan untuk menjaga agar memori para pahlawan bangsa ini tetap ada dan harum dihati generasi anak bangsa. Agar apa yang yang menjadi sejarah tidak dilupakan begitu saja. Aku pikir menghargai perjuangan para pahlawan tak hanya sebatas upacara bendera 17 Agustus saja. Melestarikan dan menjaga warisan sejarah bangsa dengan menyambangi tempat bersejarah seperti Museum Perjoangan Bogor adalah salah satu upaya kita untuk melestarikan dan menjaga sejarah bangsa Indonesia. Jika bukan kita siapa lagi? Semoga diantara kalian pemuda pemudi diluar sana sesekali bisa meluangkan waktu saat berkunjung ke kota hujan, Bogor untuk menengok kisah yang telah ditorehkan oleh para pahlawan bangsa. Sesampainya disana semoga Sahabat bisa memetik pesan dari mesin tik dilantai dua atau mungkin pesan langsung dari pahlawan yang tak di duga-duga.

Lokasi : Museum Perjuangan Bogor Jl. Merdeka No. 56  tepat di depan Pusat Grosir Bogor (PGB)

"Salam Damai dan Cinta buat Bangsa Indonesia dari Anak Bangsa"

Tulisan ini saya dedikasikan untuk :
H. Choliludin (Alm.) putera dari H. Maosul (Alm.)
Seorang pejuang dari era Kemerdekaan Republik Indonesia dan pejuang saya yang menyelamatkan saya dari ketidak tahuan.