Tampilkan postingan dengan label Bisnis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bisnis. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 Juni 2021

BILOZ dan O2 Dua Wanita Dengan Karakter Berbeda



Ibu itu cerewet. Ibu itu suka nyuruh ini itu. Ibu itu jago jualan dan cair uang. Ibu itu jago matematika. Pokoknya Ibu itu paling gak bisa tenang kalau ada angka yang belum bisa Ibu pecahkan. Kalau Ibu sudah bisa pecahkan Ibu suka senyum-senyum dan ajak Abang jalan-jalan.

Kira-kira kalimat diatas lah yang tercetus dari seorang bocah SD mengenai Mama tercintanya. Mamanya Abang kebetulan adalah teman seperjuangan saya semasa bekerja di Jakarta. Ia pekerja keras sekaligus pedagang sukses. Toko hijabnya sudah ada 3 tersebar di Padang dan Aceh.

Disaat sebelum pandemi Corona terjadi di tahun itu juga (2019) takdir mempertemukan kami berdua dengan kesengajaan yang pasti. Maksud saya apa yang terjadi pada perjalanan hidup semua telah ada yang mengaturnya, saya sangat meyakini hal ini. Lalu setelah saya menyelesaikan pekerjaan saya di Ibu Kota pada tahun 2019 komunikasi kami pun mulai terbatas. Pun ada, semua komunikasi berdasarkan keperluan mengenai pekerjaan yang sering menjadi topik chat Whatspp. Sesekali ada juga sesi curahan hati mengenai lelahnya menjadi seorang profesional sekaligus pedagang. Ya tentunya menjalani dua pekerjaan dalam waktu yang bersamaan sangat menyita energi dan waktu. Belum lagi harus mempersiapkan keperluan anak semata wayangnya, si Abang.


Pada suatu malam beberapa menit setelah saya mendapatkan telepon Whatsapp dari pemilik Nap Fashion Store dan deal mengenai pengelolaan instagramnya, masuk juga chat Whatsapp dari Ibu nya Abang, Kak Ezi namanya. Dari lama sebenarnya saya ingin menawarkan O2 tapi saya berpikir saya harus menawarkan disaat yang tepat. Karena pada saat awal pandemi terjadi semua pengusaha sedang sulit melikitit dan jika saya masuk untuk menawarkan jasa tanpa momen yang pas koq rasanya seperti membebani orang lain, itu pikir saya belum tentu juga orang lain merasa demikian. Akhirnya dengan momen chat tersebut semua jalan terbuka dan akhirnya pengelolaan media sosial yang kedua pun bisa saya raih dan langsung deal malam itu juga.


Nah kebetulan sekali produk yang Biloz Creative jual merupakan segment incaran o2 juga yaitu Fashion dan fokus pada Muslim Fashion saja tidak ada yang lain. Saya pribadi bukan tipe orang yang mau mengerjakan pekerjaan yang kira-kira saya tidak bisa memprediksi tingkat keberhasilannya. Jadi saya pikir membidik brand yang berhubungan sesuai dengan passion saya akan lebih bisa mudah diterapkan karena saya juga pecinta fashion, ya memulai sesuatu yang baru apalagi bisnis penuh rasa ketakutan, tapi kalau saya tidak beranikan diri untuk mencobanya saya akan selalu ketakutan.


Deal sudah didapat dari dua market fashion target o2 dan seiring waktu berjalan pekerjaan seakan tidak ada hentinya karena pada saat bisnis ini saya mulai saya sama sekali tidak mempunyai karyawan hanya saya si pemain tunggal. Sama hal nya dengan Kak Ezi pemilik Biloz Creative, karyawan yang fokus untuk brand Biloz ini belum lah tersedia hanya dia dan Abang anak semata wayangnya yang membantunya sesekali untuk hal-hal kecil. Tak mudah jalan yang kami tempuh tapi dengan tekad yang kuat tantangan pertama berhasil kami lewati. Dari berbagai tantangan kami komunikasi adalah hal yang paling sering terjadi kesalahan, alias miskom. Ya karena saya tinggal di Jawa Barat dan Kak Ezi di Jakarta Pusat satu-satunya cara kami berkoordinasi pekerjaan adalah melalui chat Whatsapp sesekali dibarengi dengan panggilan telepon untuk klarifikasi. Terkadang sampai dengan jam 12 malam pun kami masih membahas mengenai pekerjaan, gila sih ini sungguh gila yang asyik! Saya sendiri sudah lama tidak mendapatkan partner kerja yang phase kerjanya bisa menyeimbangi saya dan saya sangat excited dengan karakter partner seperti ini. Frekuensi kami sama. Sama-sama sedang semangat-semangatnya membentuk bisnis kami berdua, Kak Ezi dengan Biloz Creative dan saya dengan bisnis digital O2.


Tantangan kedua mulai terasa ketika kami berdua sama-sama dikejar dengan tuntutan profesi kami. Ya saat membangun bisnis kami, Kak Ezi masih berstatus sebagai executive perusahaan swasta di daerah Jakarta Pusat dan saya pada saat akan memasuki Ramadhan tahun 2021 juga kembali dilirik oleh perusahaan lama tempat saya membangun karir saya. Ini adalah tantangan besar bagi saya dan juga kak Ezi tentunya. Bukan jalan yang mudah bagi saya ketika dihadapkan dengan situasi ini satu sisi saya sangat mencintai bayi O2. Di sisi lainnya saya juga mempunyai amanah yang harus saya jalankan dari mentor saya untuk membantu perusahaan saya yang lama. Ada perasaan haru bahagia bercampur ketakutan tapi saya ingat pesan mentor saya  “Dengan tawaran yang ada dihadapan kamu, saya yakin itu justru akan membuka jalan untuk O2 tumbuh Ma, ini keputusan yang sulit memang, tapi saya yakin itu adalah peluang bagus”.

Bahkan saat saya menghubungi Kak Ezi dan sharing hal yang sama dia mengatakan “Sama saja kan posisinya seperti aku Ma, ssudah lama aku harus membagi fokus dua bahkan tiga, lelah memang tapi yang namanya bisnis jangan pernah berhenti ditempat atau kamu akan mulai lagi dari awal, aku yakin kamu bisa membagi waktu antara bisnis dan profesi, jadi jalani saja”.

Buat temen-temen yang ingin tahu Biloz klik link ini ya Instagram BILOZ

 

Womanentrepreneur,itu kisah Biloz Creative dan O2 kisah bisnis temen-temen apa nih? Apakah ada yang mirip-mirip ceritanya dengan perjalanan bisnis kita?

 

Dari Wanita Indonesia untuk Womanpreneur Indonesia Yang Hebat

 



 


Minggu, 14 Maret 2021

NAP Fashion Store dan Perjalanan O2 Membangun Bisnis

 

NAP Fashion Store Bandung saya dapat panggilan whatsapp dari nomor tak dikenal ternyata telepon ini dari istri salah satu kolega sekaligus mentor saya saat bekerja di kota Bogor. Nama NAP terlihat dari logo yang tersemat saat saya menyimpan data kontak tersebut. Setelah melalui beberapa chat santai baru hari ini saya sempatkan memenuhi undangan dari wanita Indonesia yang sederhana tapi elegan Jeng Amy pemilik NAP Fashion Store. Jeng Amy begitu beliau dipanggil oleh kerabat dan kolega nya terlihat bersahaja dengan hijab nya yang panjang dibalut gamis berwarna pastel.

Siang ini Jeng Amy berencana untuk berdiskusi mengenai bisnis barunya ini beliau perlu masukan dan kritik membangun dari beberapa kolega yang dikenalnya saya duduk dan mendengarkan dengan serius obrolan ringan tapi isinya daging semua. Seorang ramena (saya) cuma punya background pekerja alias pembantu seorang pebisnis sebel juga sih kalau harus disematkan kata "pembantu" kedengarannya koq gak enak ditelinga ya. Maka dari itu kesempatan ikut serta di obrolan sore itu sangat menggerakkan otak saya dan tentunya tidak saya sia-sia kan setiap menitnya.

Beres mengobrol santai dengan kolega Jeng Amy dan grup sosialita tersebut bubar maka tinggal saya, Jeng Amy dan suaminya duduk bertiga bersama. Obrolan pun berlanjut dan mengarah kepada hobi baru saya di dunia digital marketing. Sang suami, Babeh langsung berkata "Al saya perhatikan beberapa bulan ini kamu sering sekali posting-posting di instagram dan buat beberapa copy writing yang menarik dibaca, kamu memang suka nulis-nulis di medsos gitu ya?" suami jeng Amy membuka obrolan. "Ya pak, saya saya hobi nulis dan perkembangan mengenai informasi digital  selalu buat saya kepo" ujar saya.

"I see, bisa gak kamu kelola akun istri saya untuk bisnis barunya Instagram NAP Fashion Store ?" tanya nya. "Udah gak usah tunjukkan hasil kerja kamu saya sudah tahu hasil postingan kamu koq" tambahnya sebelum saya bahkan sempat menjawab. 

Jantung saya deg-degan dalam hati saya berkata "oow langkah saya terbaca oleh orang lain ini artinya tendangan saya menjurus, mungkin ini sudah waktunya." Detik berikutnya saya menjawab dengan santai "Ok Pak saya buatkan langsung akun nya" dalam hitungan menit akun instagram rampung dibuat dan obrolan berlanjut ke obrolan-obrolan mengenai hobi saya di dunia digital dan bisnis baru dari duo pebisnis ini.


Jeng Amy lebih bersuara dari sebelumnya ketika berbicara mengenai NAP ternyata keinginannya untuk terjun kedalam bisnis pakaian anak ini dikarenakan beberapa tahun lalu ia kesulitan saat mencari pakaian anak yang berkualitas tapi gak nguras kantong. 

"Kebanyakan barang bagus itu mahal harganya dan kadang gak masuk diakal" ujarnya. "Bagaimana bisa masuk akal harganya bisa sampai 2 ratus ribu per lembar (atasan/bawahan saja) sayangkan hambur-hamburkan uang hanya untuk selembar pakaian dan 6 bulan berikutnya harus beli pakaian lagi karena sudah gak muat dipakai si kecil" tambahnya. Iya juga ya ngapain hamburkan rupiah hanya untuk selembar baju yang dipakai harian dan singkat pula waktunya. Saya mengangguk sambil menyelidik "lalu Jenk Amy kira-kira mau produksi sendiri atau ambil dari grosir untuk produk pakaiannya" saya bertanya. "Kita akan produksi sendiri untuk produk NAP akan lebih mudah untuk menentukan desain yang cocok dengan tren pasar terbaru" jawabnya dengan wajah berseri. 

Obrolan sore itu pun ditutup dengan makan malam di gerai makanan yang ternyata bisnis ketiga dari duo pebisnis ini. Saya takjub melihat keberanian mereka berdua dalam membangun bisnis bahkan bisnis makanannya saat ini sudah berkembang dan mempunyai 16 cabang di kota Bandung, very interesting. Bisnis memerlukan keberanian dan ketekunan tidak hanya obrolan kosong warung kopi ternyata it is real dan otak saya mulai mempertanyakan kira-kira bisnis digital yang saya rancang dan kulik satu tahun ini apakah akan mampu berkembang seperti bisnis makanan mereka? Saya pikir Ya.
Pada tahun 2018 hati saya mulai tergerak untuk berwirausaha dan setiap kali ada tawaran dari iklan mengenai peluang bisnis biasanya saya langsung kulik sampai mentok sendiri hehehe dan setelah saya memutuskan resign sebagai pekerja pada awal 2020 disebuah perusahaan di Jakarta ide-ide saya mengenai berwirausaha malah berkembang. Ini cerita saya mengenai perjalanan berwirausaha saya, cerita kamu dirumah apa ladies?


Wanita Indonesia untuk Wanita Indonesia Hebat